cara membuat cerita bagus
- 1Cari inspirasi untuk menciptakan tokoh atau plot menarik. Keistimewaan cerita bisa berasal dari tokoh yang menurut Anda memesona, tempat menarik, atau konsep plot. Catat pikiran Anda atau buat mind map untuk menghasilkan ide. Kemudian, pilih salah satu untuk dikembangkan jadi cerita. Berikut inspirasi yang dapat Anda gunakan:[1]
- Pengalaman hidup
- Cerita yang pernah didengar
- Cerita keluarga
- Skenario “seandainya”
- Cerita baru
- Mimpi
- Orang menarik
- Foto
- Seni
- 2Kembangkan tokoh dengan lembar profil tokoh. Tokoh adalah elemen paling esensial dalam cerita. Pembaca harus bisa memahami sudut pandang tokoh, dan tokoh tersebut harus bisa menggerakkan cerita. Buat profil tokoh dengan menulis nama, detail pribadi, deskripsi, sifat, kebiasaan, keinginan, dan keunikan. Sediakan detail sebanyak-banyaknya.[2]
- Buat profil untuk protagonis lebih dahulu. Kemudian, buat profil untuk tokoh utama lain, seperti antagonis. Tokoh-tokoh utama adalah tokoh yang memainkan peran penting, seperti memengaruhi protagonis atau plot.
- Kemukakan apa yang diinginkan para tokoh atau apa motivasi mereka. Kemudian, ciptakan plot berdasarkan tokoh, dengan cara membuat mereka mendapatkan atau tidak mencapai keinginan.[3]
- Anda bisa membuat lembar profil tokoh sendiri atau mencari templat di internet.
- 3Pilih latar cerita. Latar adalah tempat dan waktu terjadinya cerita. Latar harus memengaruhi cerita sehingga Anda harus memilih yang memberi nilai tambah pada plot. Pertimbangkan bagaimana latar ini memengaruhi para tokoh dan hubungan mereka.[4]
- Sebagai contoh, cerita tentang seorang gadis yang ingin menjadi dokter akan sangat berbeda di tahun 1920 dan 2019. Tokoh harus menghadapi dan mengatasi rintangan, seperti seksisme, yang berkaitan dengan latar tersebut. Anda dapat menggunakan latar ini jika temanya kegigihan karena dapat menunjukkan bagaimana tokoh mengejar impiannya melawan norma sosial.
- Misalnya, latar cerita tentang berkemah di hutan rimba akan menciptakan nuansa yang sangat berbeda dengan berkemah di halaman belakang rumah. Latar hutan mungkin berfokus pada bagaimana tokoh bertahan di alam liar, sementara berkemah di halaman belakang rumah dapat berfokus pada hubungan keluarga si tokoh.
Peringatan: Ketika memilih latar, hati-hati dalam menentukan periode waktu atau tempat yang tidak familier. Kadang, penulis salah menangkap detail, dan pembaca akan mengetahui kesalahan itu. - 4Buat kerangka plot. Kerangka plot membantu Anda menentukan apa yang akan ditulis selanjutnya. Selain itu, kerangka juga membantu Anda mengisi kekosongan plot. Gunakan catatan ide dan lembar profil karakter untuk membuat alur cerita. Berikut cara membuat kerangka:[5]
- Buat diagram plot yang terdiri dari eksposisi, insiden pemicu, peningkatan aksi, klimaks, penurunan aksi, dan resolusi.
- Buat kerangka tradisional dengan poin utama sebagai latar terpisah.
- Ringkas tiap plot dalam daftar.
- 5Pilih sudut pandang orang pertama atau ketiga. Sudut pandang atau disingkat POV, dari point-of-view, dapat mengubah seluruh perspektif cerita. Jadi, pilih dengan bijak. Pilih POV orang pertama supaya lebih dekat dengan cerita. Gunakan POV orang ketiga terbatas jika Anda ingin fokus pada satu karakter, tetapi tetap ada jarak yang cukup dari cerita untuk menambah interpretasi terhadap peristiwa. Opsi lainnya, pilih orang ketiga yang mengetahui segalanya jika Anda ingin menceritakan semua yang terjadi.[6]
- POV orang pertama – Satu tokoh bercerita dari perspektifnya sendiri. Oleh karena cerita tersebut benar menurut tokoh satu ini, catatan peristiwa darinya bisa jadi tidak bisa dipercaya. Contohnya, “Aku berjinjit langkah demi langkah, berharap semoga dia tidak terganggu.”
- Orang ketiga terbatas – Narator menceritakan peristiwa, tetapi terbatas pada perspektifnya saja. Ketika menggunakan POV ini, Anda tidak bisa menyediakan pikiran atau perasaan tokoh lain, tetapi dapat menambahkan interpretasi pada latar atau peristiwa. Contohnya, “Dia berjinjit langkah demi langkah, seluruh tubuhnya tegang karena berusaha tidak menimbulkan suara.”
- Orang ketiga yang mengetahui segalanya – Narator yang melihat segalanya dapat menceritakan semua hal yang terjadi, termasuk pikiran dan tindakan tiap tokoh. Contohnya, “Saat gadis itu berjinjit langkah demi langkah, dia pura-pura tidur. Gadis itu mengira langkahnya yang pelan tidak mengganggu, tetapi anggapannya keliru. Di bawah selimut, laki-laki itu mengepalkan tangan.”
Bagian2
Menyusun Draf Cerita
- 1Tetapkan latar dan perkenalkan tokoh di awal. Tulis 2–3 paragraf pertama untuk menggambarkan latar. Pertama, tempatkan tokoh dalam latar. Kemudian, beri deskripsi dasar tentang tempat itu, dan masukkan detail untuk menunjukkan era. Beri informasi yang cukup supaya pembaca dapat memvisualisasikan latar dalam benak mereka.[7]
- Anda bisa memulai cerita seperti ini, “Ester mengambil buku medisnya dari lumpur, perlahan mengelap sampulnya dengan pinggir baju. Anak-anak itu tertawa sambil mengayuh sepeda, meninggalkan dia menempuh satu mil terakhir ke rumah sakit sendirian. Matahari menyinari tanah yang basah kuyup, mengubah genangan pagi menjadi kabut sore yang lembab. Panasnya cuaca membuat dia ingin beristirahat, tetapi dia tahu bahwa instrukturnya akan menggunakan keterlambatan sebagai alasan untuk mengeluarkan dia dari program.”
- 2Perkenalkan masalah di beberapa paragraf pertama. Masalah berfungsi sebagai insiden pemicu yang menggerakkan plot dan membuat pembaca mengikuti tokoh. Pikirkan apa yang diinginkan tokoh, dan mengapa ia tidak bisa mendapatkan keinginan itu. Kemudian, ciptakan adegan yang menunjukkan bagaimana ia menghadapi masalah tersebut.[8]
- Misalnya, kelas Ester mendapat kesempatan untuk menangani pasien, dan dia ingin dipilih sebagai salah satu mahasiswa yang mendapat kesempatan itu. Akan tetapi, sesampainya di rumah sakit, dia hanya bisa masuk sebagai perawat. Ini menciptakan plot tentang Ester yang berusaha mendapatkan tempat sebagai dokter dalam pelatihan.
- 3Isi bagian tengah cerita dengan peningkatan tindakan. Tunjukkan bagaimana tokoh mengatasi masalah. Supaya cerita lebih menarik, masukkan 2–3 tantangan yang dia hadapi sambil bergerak ke arah klimaks. Ini membangun ketegangan pembaca sebelum Anda mengungkapkan apa yang terjadi.[9]
- Sebagai contoh, Ester masuk ke rumah sakit sebagai perawat, mencari rekan-rekannya, berganti pakaian, nyaris ketahuan, dan kemudian bertemu pasien yang membutuhkan bantuan.
- 4Sediakan klimaks yang menyelesaikan masalah. Klimaks adalah puncak cerita. Ciptakan peristiwa yang memaksa tokoh untuk berjuang mendapatkan apa yang dia inginkan. Kemudian, tunjukkan apakah dia menang atau kalah.[10]
- Dalam cerita Ester, klimaks mungkin terjadi ketika dia ketahuan berusaha menangani pasien yang kolaps. Ketika pihak rumah sakit berusaha mengeluarkannya, dia meneriakkan diagnosis yang tepat sehingga dokter senior meminta dia dilepaskan.
- 5Gunakan penurunan tindakan untuk mengarahkan pembaca pada kesimpulan. Tindakan ini singkat saja karena pembaca tidak akan termotivasi untuk terus membaca setelah klimaks. Gunakan beberapa paragraf terakhir untuk mengakhiri plot dan meringkas apa yang terjadi setelah penyelesaian masalah.[11]
- Misalnya, dokter senior di rumah sakit memuji Ester dan menawarkan diri untuk menjadi mentornya.
- 6Tulis akhir cerita yang membuat pembaca berpikir. Tidak perlu mengkhawatirkan apakah akhir cerita sudah bagus dalam draf pertama. Sebaliknya, fokuslah menyajikan tema dan menyiratkan apa yang akan dilakukan tokoh selanjutnya. Ini akan membuat pembaca memikirkan cerita.[12]
- Cerita Ester mungkin berakhir dengan dia memulai pelatihan bersama mentor baru. Dia mungkin merenungkan kesempatan yang bisa jadi akan hilang seandainya tidak menentang aturan demi mengejar tujuan.
Bagian3
Memperbaiki Cerita
- 1Awali cerita sedekat mungkin dengan akhirnya. Pembaca tidak perlu membaca semua peristiwa yang mengarah ke masalah tokoh. Pembaca ingin melihat ringkasan hidup tokoh. Pilih insiden pemicu yang dengan cepat menggiring pembaca ke dalam plot. Ini memastikan cerita tidak bergerak lambat.[13]
- Sebagai contoh, memulai cerita dengan Ester berjalan menuju rumah sakit lebih baik daripada ketika dia mendaftar kuliah kedokteran. Akan tetapi, mungkin lebih baik lagi jika dimulai dengan adegan dia sampai di rumah sakit.
- 2Masukkan dialog yang mengungkap sesuatu tentang tokoh. Dialog akan memecah paragraf, membantu mata pembaca untuk terus bergerak ke bawah halaman. Selain itu, dialog menceritakan pikiran pembaca dengan kata-katanya sendiri tanpa harus memasukkan banyak monolog internal. Gunakan dialog di sepanjang cerita untuk menyampaikan isi pikiran tokoh. Akan tetapi, pastikan tiap dialog menggerakkan plot.[14]
- Sebagai contoh, dialog seperti ini akan menunjukkan bahwa Ester frustrasi: “Tapi saya mahasiswa nomor satu di kelas,” Ester memohon. “Kenapa mereka yang boleh memeriksa pasien, bukan saya?”
- 3Bangun ketegangan dengan membiarkan peristiwa buruk terjadi pada tokoh. Memang sulit membiarkan tokoh baik dijahati, tetapi cerita akan membosankan jika tidak ada peristiwa buruk. Berikan rintangan atau kesulitan yang menjauhkan tokoh dari keinginannya. Dengan demikian, ada sesuatu yang harus diselesaikan supaya dia mendapatkan keinginan tersebut.[15]
- Sebagai contoh, dilarang masuk ke rumah sakit sebagai dokter merupakan peristiwa mengerikan bagi Ester. Dipegangi oleh satpam juga sama menakutkan baginya.
- 4Rangsang pancaindra pembaca dengan memasukkan detail sensoris. Gunakan indra penglihat, pendengar, perasa tubuh, pencium, dan pengecap untuk melibatkan pembaca dalam cerita. Buat latar lebih dinamis dengan menunjukkan suara yang akan didengar pembaca, aroma yang akan mereka cium, dan sensasi yang akan mereka rasakan. Ini akan membuat cerita lebih menarik.[16]
0 Response to "cara membuat cerita bagus"
Post a Comment