Sejarah Coklat
Berlanjut ke zaman peradaban Maya, pada abad 460-480 Masehi, orang-orang suku Maya (Guatemala) juga mengonsumsi cokelat sebagai minuman. Hal tersebut diperkuat dengan adanya akasara Maya alias sistem penulisan peradaban Maya yang menyebutkan bahwa dulunya cokelat digunakan sebagai ritual upacara oleh masyarakat Guetemala.
Setahun sekali, mereka berkumpul untuk bersyukur kepada Dewa Ek Chuah yang dianggap sebagai Dewa Kakao. Selain digunakan untuk ritual upacara, suku Maya juga menggunakannya sebagai hidangan untuk pesta-pesta dan festival, persembahan pemakaman, penghargaan, serta untuk tujuan pengobatan.
Tak berhenti di situ saja, suku Aztek mulai menguasai daerah Mesoamerika dan mengadopsi kakao sebagai budaya mereka pada abad ke-15. Sayangnya, suku Aztek tidak dapat menanam pohon kakao sendiri karena lokasi mereka berada di dataran tinggi sehingga tidak cocok untuk ditumbuhi kakao. Jadi, dulunya biji kakao sempat menjadi barang yang mewah dan mahal.
Selain itu, suku Aztek juga menggunakan biji kakao sebagai mata uang. Sebagai contohnya, mereka menukar 1 ekor kalkun dengan 100 biji kakao dan satu buah alpukat segar bernilai tiga biji kakao.
Berbeda dengan Maya, yang menyukai cokelat hangatnya, suku Aztek meminumnya dingin dan menambahkannya dengan bumbu-bumbu lain. Beberapa contohnya adalah dengan menambahkan kelopak dari pohon Cymbopetalum penduliflorum, cabai rawit, vanilla, dan madu.
Di eropa coklat dibawa oleh Christopus Columbus bersama dengan anaknya, Ferdinand. Pada tahun 1502, mereka melakukan perjalanan ke Amerika dan menangkap sebuah kano besar yang berisi barang-barang perdagangan, termasuk biji kakao.
Kemudian Columbus dan Ferdinand membawa beberapa biji kakao ke Spanyol. Hanya saja, orang-orang Spanyol pada waktu itu kurang tertarik dan tidak tahu cara mengolahnya. Hingga akhirnya, pada tahun 1519, seorang kolonis dari negara tersebut bernama Hernan Cortez membawa resep coklat yang ia bawa dari suku Aztek.
Sejak saat itu, cokelat semakin populer di Spanyol. Awalnya, orang-orang di negara tersebut hanya menggunakan olahan biji kakao yang rasanya pahit ini sebagai obat-obatan untuk meringankan rasa sakit pada pencernaan. Namun setelah beberapa dekade, orang-orang mulai memvariasikannya dengan menambahkan gula supaya rasanya lebih manis.
Setelah itu, coklat menjadi populer di berbagai negara. Perkebunan pohon kakao semakin menyebar ke Inggris, Belanda, Prancis, dan negara-negara lainnya.
Selain di Eropa dan Amerika, ternyata ada juga sejarah coklat di Indonesia. Ada banyak versi cerita mengenai hadirnya cokelat di Indonesia. Salah satu versinya masih berkaitan dengan sekutu Belanda yang menjajah Indonesia.
Pada tahun 1880, penjajah Belanda tanaman kakao mulai masuk ke Indonesia. Pada waktu itu, jenis forastero dan venezuela-lah yang ditanam di Indonesia.
Karena tanaman ini cocok dengan iklim dan tanah di Indonesia, maka pertumbuhannya berjalan pesat. Hingga membuat orang-orang Belanda membentuk Asosiasi Perkebunan guna membahas budidaya tanaman kakao. Bahkan, mereka juga membentuk lembaga penelitian yang secara khusus dan serius meneliti permasalahan seputar pohon kakao demi mendapatkan biji yang unggul.
Tahun 1901, para anggota Asosiasi Perkebunan membuka Cacao Profestation di Salatiga. Dari hasil penelitian tersebut menghasilkan tanaman kakao Djati Roenggo (DR) yang merupakan biji berkualitas tinggi. Hasil pembudidayaannya pun diterima baik oleh pasar Eropa dengan harga yang tinggi.
Atas keberhasilan membudidayakan tanaman kakao, mulai dari tahun 1984, tanggal 16 Oktober ditetapkan sebagai Hari Kakao Indonesia oleh Suswono selaku Menteri Pertanian RI yang menjabat saat itu. Hingga tahun 2017, tanaman kakao DR masih diakui sebagai tanaman unggul Indonesia.
0 Response to "Sejarah Coklat"
Post a Comment